Kamis, 31 Januari 2013

Burger

Detik angin gugur mengikuti sentuhan merag jarum jam,aku bernyanyi lagu ceria menghibur kutukan linglung dan tak berdaya oleh kesunyian.

Kubiarkan detak jantung memacu seiring deburan rintikan langit yang melebur bersama tangis dan tawaku.

Menghidupkan hawa semangat sangat menghabiskan tenaga, di tambah lagi ambisi yang sia sia melumpuhkan keinginan juga asa.

Mengharapkan apa yang tak kudapatkan menjadi musuh terbesar sepanjang umurku.

Aku terpaku oleh pahatan masa lalu yang berbayang juga memantulkan cahaya warna warni bagai pelangi,menyanjung kehidupan baru beberapa sekon lagi itu membuatku berangan ada di sampingmu.

Yang sudah sudah tak kudapat ucapan yang sempurna dari bibirmu,telak tiga tahun untuk beberapa jam lagi dan aku berharap ucapan darimu seperti yang selama ini kulakukan untukmu.

Tapi tetap keinginan bak hayalan tingkat bulan yang nun jauh di luar bumi. Berapa tahun cahaya untuk menggapaimu berapa tahun lagi umurku bertambah dan itu hanya untuk menunggumu.

Keharuan yang terlanjur berpadu pada ketakutan membuat rasa kehilangan.
Juga kecemasanku yang berlebihan akan ingatanmu tentangku yang akan gugur bersamaan dengan kenangan baru yang akan kau terima satu persatu.

Pada akhirnya memang harus begitu.
Setiap yang baru mengganti yang lama dan yang lama berharap diingat.
Aku tak akan melupakan enam belas yang banyak melarutkan wajah serta senyummu. Tujuh belasku ini kuberikan pada sakuraku yang indah dengan wajarnya bukan pualam dan red rose seperti yang sudah sudah.

Biarkan aku menyanggupi janjiku pada dunia untuk mulai menutup rak rak kecil dalam ingatan yang berisi tentang mu.
Rak yang lain bercerita oertemanan yang semu dan berkabut.
Rak hitam ini seperti pandora box tak berani ku buka.
Yang satu lagi ada cabang yang tak tau akan membawaku kemana.

Tujuh belas tolong aku.

Published with Blogger-droid v2.0.10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar