Rabu, 30 Januari 2013

Cerpen Senja Milik Tami

Tolong jangan meminta aku untuk menghentikan sebuah perasaan yang tak ingin ku ucapkan, sampai kurasa musim yang memaksaku berkata  jujur kepadamu, itupun setelah aku memberimu satu syarat agar tidak pernah mencoba intuk menjawabnya karna aku ingin itu menjadi sebuah kenangan dari dua buah bayangan tak bisa menyatu.

                       *Senja Milik Tami*
By Twitter: Adbvckramadhan

Sungguh tak bersahabat,sedikit gerimis angin pun mungkin bermasalah dengan cara bernafas yang baik. Syal serta jaket dari mantan ini pun belum sempurna sebagai tameng pagi ini .

6.39 aku masih menunggu,mata ini sudah tak berkedip dari satu menit yang lalu.
"Masih pagi sekali,kabut pun begitu tebal tak mungkin ia pergi sepagi ini" pikirku.

Tak lama bunga yang menguncup itu perlahan mekar dengan indah, melepaskan auranya hingga menjadi senyum simpul di bibirku, kulihat dia kini mengayuh sepeda memasuki gerbang cintaku yang mereka semua anggap sebagai gerbang sekolah biasa.

Dia terlihat terburu buru tapi dengan wajah seperti itu malah semakin membuatku ingin bertanya "Ada apa ?".

Dari bagian belakang lantai dua ini dengan jelas ku lihat pedal yang di kayuh nya semakin cepat.

Aku pun ikut mengiringi sepedanya dari sini,dari ujung sekolah hingga ujung satunya lagi. Suara nafasku tak teratur sepedanya lebih cepat dari kecepatan lari manusia biasa sepertiku.

Dia mulai memarkirkan sepedanya, ku lihat dia mengecek isi tasnya dan aku yakin itu, karna aku telah menggeluti pekerjaan sebagai mata-mata pribadinya sejak dua bulan yang lalu saat dia mulai menjadi tetanggaku.
Mungkin ia tak ingin isi tas itu basah.

Tak lama ia mengusap kedua telapak tanganya,tak tahan ku lihat dia kedinginan seperti itu dengan sedikit keberanian yang tertinggal sebagai senior aku berlagak tegas dan penuh perhatian .

"Dewa?" Sapaku dengan wajah berlagak heran seakan baru sadar jika ia sejak tadi disitu.
"Pagi Kak Tami" balasnya dengan senyuman khas justin timberlake nya.
"Mau kemana kak?"
"Gak tau juga wa,mau nyari gantungan kunci kesayangan kakak yang jatuh di sekitar sini wa.."
ucapku sedikit berbohong,karna memang gantungan kunciku hilang dua minggu yang lalu.

"Kamu sendiri kenapa hujan hujanan gini?gak sedia jaket apa?nanti kalo sakit gimana?"
Tanyaku seolah olah menjadi mamanya dalam beberapa detik.

"Enggak kak,kelupaan... soalnya dari rumah belum gerimis" jawabnya sambil menunduk.

Dan alam pun beraksi dengan caranya sendiri,angin bertiup lagi. Aku sempat merinding beberapa saat karna tiupannya cukup kencang, ku tatap dewa untuk beberapa saat. suasana agak sedikit hening dia tampak menahan dingin,dengan inisiatif dari beberapa film telenovela dan keberanian dari film action ku lepaskan syalku dan ku gantungkan di lehernya.

"Nih pakai aja, setidaknya bisa sedikit hangat"
"ehh gak usah kak!?dewa gak dingin kok?"

Tiba tiba jantungku berdesir sedikit malu tapi karna aku senior aku pun menjawab
"gak usah ngelawan ya..ya udah kakak pergi duluan kekelas.kamu juga yuk!" Ajak ku sambil menepis kata katanya.

"Kakak duluan aja deh.." katanya sambil tersenyum dan memasang syalku dengan baik di lehernya,akupun tersenyum dan pergi meninggalkannya.

Hujan gerimis tadi pagi sudah sedikit reda,matahari sudah bersinar hangat aku berdiri di persimpangan depan sekolah menunggu jemputan yang tak kunjung datang.

"Kring kring!" Suara dari mulut dewa seakan menirukan bel sepeda.
"Ojek mbak?" Tanyanya dengan senyum yang lagi-lagi mirip aktor holywood itu.
"Enggak mas,dijemput" tolakku sambil tersenyum,padahal jika tak di jemput aku akan senang sekali bisa pulang bareng sama dewa.

Wajah dewa sedikit kecewa, beberapa detik berlalu handphone ku berbunyi
"Kak,mobil lagi di bengkel.kakak pulang sendiri ya -Mama- "
Aku terkejut ternyata mama dalam pihak ku batinku seakan dapat  lotre.

"Jadi mas Ojek masih bisa di cater?"
"Loh katanya gak bisa?"
"Udah jangan bawel!!",aku langsung naik ke boncengan belakang.
Dia merubah raut wajahnya tapi tak jelas tampak dari belakang.

"Sudah siap kak?" "Lets go..."
sepeda pun mulai melaju dengan lembut.

Dengan berpikiran seenaknya aku seakan ingin mengatakan sesuatu yang tak terbalas dari pihakku.

Langit di kala senja yang kami berdua lewati seakan menyadari apa yang aku rasakan keindahhanya memantulkan isi hatiku.

Terkadang aku sejenak berfikir hal hal yang kamu candakan dan bicarakan setiap waktu apa akan berubah setelah suatu kalimat terucap dari bibirku.

Tapi seakan aku tak rela itu terjadi karna aku menyukaimu.

Tanpa menoleh kebelakang sepeda yang kita naiki berdua, dia berkata sesuatu yang cukup membuatku terkejut aku tersontak dan terlalu sedih untuk menanggapi kata-katanya itu. Waktu seakan berhenti dan kurasa ranting telah patah juga daun daun yang ku rasa tak menghasilkan oksigen lagi.
Aku terdiam cukup memikirkan perasaan yang mendadak tak tau harus dikemanakan.
"Dia orangnya baik kok wa.. cocok sama kamu" jawabku sambil meneteskan air mata.

Mengapa hari ini cinta yang ku anggap milikku berputar jauh.

Ahh  mungkin bagi dirimu aku hanya senior biasa yang jalan pulangnya searah, tempat melampiaskan jenuh dan keluhmu serta menerima semua canda yang kau berikan.

Menurutku dirimu yang sangat berarti bagiku pun tak menyadari ini sedikit apapun.

Seandanya beberapa detik yang lalu aku sempat bicara tentang rasa ini mungkin dia bisa mengurungkan diri untuk mengatakan bahwa dia menyukai seseorang.

Jika sekarang aku yang berterus terang mungkin akan menjadi parodi yang baik di atas sepeda ini.

Sudahlah perhatian ini pun mungkin telah salah dia pahami bagaimana aku menyukainya. Semuanya hanya seperti angin untuknya.

Dapat kusimpulkan,aku harus menurunkan level perasaan ini menjadi Suka bukan Cinta dan biarakan melodi ini mengalir seperti lagu sedih yang sekarang ku dengar melalui headphone di atas sepeda ini.

-end-

Published with Blogger-droid v2.0.10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar